Berbagi ilmu dan informasi bersama kami

.
.

Corak Pemikiran dari al-'Amiri

Corak Pemikiran
Beberapa orang yang sezaman dengan al-‘Amiri menggolongkan al-‘Amiri sebagai orang yang lebih mengutamakan filsafat daripada syariat dan lebih mengutamakan filsuf daripada nabi seperti al-Maqdisi, Ikhwan al-Safa, Abu Zayd al-Balkhi, Abu Tammam al-Naysaburi, dan lain-lain. Di dalam kitab al-Imta>‘ wa al-Mu’a>nasah pada diskusi malam ke-17 al-Tawhidi mengutip perdebatan al-Hariri dengan al-Maqdisi. Al-Hariri mengecam al-‘Amiri akibat pandangannya yang membuat marah sebagian orang. Al-Hariri berkata:

Pandangan yang sama (mengutamakan filsafat atas syariah) dilontarkan oleh al-‘Amiri. Akibatnya, dia terusir dari satu kota ke kota lainnya. Darah dan nyawanya terancam. Terkadang dia berlindung di istana Ibnu al-‘Amid, terkadang kepada Panglima Nishapur, dan terkadang dia menjilat orang awam dengan menulis buku-buku yang membela Islam. Tapi, meskipun demikian, dia tetap dituduh atheis, menyatakan kekadiman alam, serta bercerita tentang hayula, forma, waktu, dan tempat, serta omong kosong lainnya yang tidak disebut Allah di dalam kitab-Nya, tidak diajarkan oleh Rasul-Nya, dan tidak populer di kalangan umat-Nya.[16]

Corak filosofis dalam pemikiran al-‘Amiri memang tidak dapat dipungkiri. Khalifat menggolongkan al-‘Amiri sebagai Neo-Platonis Muslim, sedangkan Ghurab memasukkannya ke dalam aliran filsafat al-Kindi karena al-‘Amiri adalah murid filsuf dan ahli geografi terkenal, yaitu Abu Zayd Ahmad bin Sahl al-Balkhi (w. 322 H./933 M.) dan al-Balkhi adalah murid al-Kindi. Al-‘Amiri, seperti gurunya, mengintegrasikan di dalam dirinya ilmu-ilmu agama yang berbasis pada wahyu dengan ilmu-ilmu filosofis yang berbasis pada akal. Dengan kata lain, dia mengintegrasikan ilmu-ilmu Arab dan Islam dengan ilmu-ilmu dari peradaban lain, terutama Yunani dan bangsa-bangsa kuno lainnya, lalu membingkai ilmu-ilmu dari peradaban lain itu dengan perspektif Islam.[17]

Nasr mengatakan bahwa saat di Baghdad Abu Sulayman al-Sijistani al-Mantiqi mengubah iklim filosofis kepada kajian-kajian tentang logika, di Khurasan al-‘Amiri juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Dia mengembangkan ajaran-ajaran al-Farabi dan menambahkan bagian tersendiri dari dirinya ke dalam filsafat Islam dengan berusaha menggabungkan konsep-konsep Iran pra Islam ke dalam pandangan filsafat politiknya.[18] Di dalam al-Muqa>basa>t Abu Hayyan al-Tawhidi mengatakan bahwa al-‘Amiri menguasai Filsafat Yunani, bergelut dengan buku-buku Aristoteles, dan telah memberikan komentar atas beberapa buku tersebut.[19]

Al-Tawhidi juga memuji al-‘Amiri. Ketika ditanya tentang buku Inqa>dh al-Bashar min al-Jabr wa al-Ikhtiya>r dia mengatakan, “Aku sudah melihat buku itu dalam bentuk tulisan tangannya. Aku tidak membaca buku itu di hadapannya, tapi aku dengar Abu Hatim al-Razi telah membaca buku itu di hadapannya. Buku itu sangat bagus. Metode penulisannya kuat. Tapi, buku itu tidak membebaskan manusia dari dilema jabr dan qadr karena masalah ini telah menjadi objek perhatian semua peneliti dan pemikir.”[20]
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori articles of Islam dengan judul Corak Pemikiran dari al-'Amiri. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sharing-fauzi.blogspot.com/2014/01/corak-pemikiran-dari-al-amiri.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Tuesday, January 21, 2014

1 Komentar untuk "Corak Pemikiran dari al-'Amiri"

  1. kalau boleh saya ingin buku referensi tentang pemikiran al amiri tersebut

    ReplyDelete